Wartacakrawala.com – Indonesia sedang berjalan memasuki era baru. Suatu era yang hanya bisa terjadi sekali dalam sejarah sebuah bangsa. Era tersebut adalah era bonus demografi. Bonus Demografi bisa sangat menguntungkan bagi bangsa ini karena penduduk akan didominasi oleh usia produktif yaitu “pemuda”. Namun bila tidak dikelola dengan baik, bonus tersebut bisa saja menjadi bencana demografi.
Bencana tersebut akan sangat mungkin terjadi, karena jumlah usia yang produktif itu juga berpotensi meningkatkan jumlah pengangguran dan segudang permasalahannya.
Hal ini seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo. “Bonus demografi ibarat pedang bemata dua. Satu sisi adalah berkah jika kita berhasil mengambil manfaatnya. Satu sisi lain adalah bencana apabila kualitas manusia Indonesia tidak disiapkan dengan baik,” kata Presiden Joko Widodo saat memperingati Hari Keluarga Nasional.
Tak heran, banyak juga yang tidak sepakat jika era baru demografi ini disebut sebagai bonus demografi. Seperti yang disampaikan oleh Direktur SKEMA (Sentrum Kajian dan Pemberdayaan Masyarakat Madani) Harianto.
“Saya tidak sepakat jika era baru demografi ini disebut bonus demografi, karena sesuatu bisa anggap bonus apabila sudah berupa sebuah hasil yang menguntungkan. Saya lebih sepakat jika era baru demografi ini disebut sebagai ledakan demografi,” Tegas Harianto.
Lebih jauh Harianto juga menegaskan, “Indonesia memang sedang mengalami ledakan demografi, akan tetapi untuk mencapai bonus demografi itu, Indonesia harus bisa melewati ledakan tersebut, seperti yang dilakukan Jepang. Jepang telah mengalami ledakan demografi lebih dulu, dan berhasil melewatinya, sekarang Jepang sedang menikmati bonusnya,” Tungkasnya.
Baca: Media dan Urgensi Pendidikan Politik Bagi Milenial
Sebagai mayoritas, pemuda tentunya memiki peranan besar pada era baru demografi ini. Pemuda memegang kendali atas perubahan kearah yang lebih baik dan tentunya lebih dinamis. Pemuda adalah modal besar untuk memanifestasikan kemandirian bangsa dalam segala aspek.
Lalu siapkah pemuda menghadapi ledakan demografi ini?.
Kesiapan pemuda dalam menghapi ledakan demografi ini, tentunya akan menentukan apakah kita bisa menikmati bonus dari era baru demografi ini, atau justru kita mendapatkan bencana dari era baru ini.
Kesiapan pemuda untuk menghadapi era baru ini merupakan sebuah urgensi. Pemuda dituntut untuk bisa mendiri, kreatif, dan inovatif. Untuk bisa mencapai itu tentunya tidaklah mudah, perlu adanya perubahan besar yang berbasis revolusi mental.
“Revolusi Mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala,” Presiden Soekarno pada Peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1956.
Dalam kehidupan sehari-hari, praktik revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, kreatif, inovatif dan punya semangat gotong royong.