Wartacakrawala.com – JAKARTA, Pengurus Pusat Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia (PP ISMEI) menyelenggarakan diskusi nasional dengan mengangkat tema “Kondisi Ekonomi Indonesia Menjelang Pemilu 2024”, Senin (18/9/2023). Hal ini berangkat dari adanya pelemahan perekonomian yang dipengaruhi beberapa faktor seperti tingginya inflasi global, naiknya harga komoditas dan naiknya suku bunga sebagai dampak geopolitik.
Selain itu perhelatan pesta demokrasi pada Februari 2024 nanti juga membawa peluang dan tantangan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Agenda diskusi digelar secara virtual yang dimoderatori Mahasiswa Pascasarjana Universitas Nasional, Nurhaeni ini menghadirkan pakar ekonomi nasional dan akademisi.
Para narasumber diantaranya Senior Ekonom dari Institut for Development of Economic and Finance (INDEF, Faisal Basri dan Akademisi Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah), Winata Wira.
Badan Pimpinan ISMEI, M. Fachri Dangkang dalam sambutannya menyampaikan lembaga organisasi profesi atau organisasi kemahasiswaan perlu menaruh perhatian serius terhadap situasi perekonomian nasional saat ini menyongsong pelaksanaan pemilu.
“Menghadapi pesta demokrasi tahun 2024 ini, kita perlu meneropong bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini perlu dikaji mengingat masa pemerintahan sekarang belum menunjukkan pembangunan ekonomi yang signifikan,” ujar M. Fachri.
Potret perekonomian Indonesia saat ini dipaparkan narasumber Faisal Basri bahwa era pemerintahan Jokowi, pertumbuhan ekonomi turun dari waktu ke waktu. Target capaian yang dibuat baik dari periode pertama atau kedua tidak terpenuhi. Hal itu disebabkan pemerintah yang belum mampu menyedot anggaran dari masyarakat untuk digunakan dalam bentuk proyek strategis yang menghasilkan keuntungan bagi pertumbuhan ekonomi.
“Untuk memahami ekonomi mirip seperti tubuh kita, jantung ekonomi sangat lemah. Jantung ekonomi adalah sektor keuangan. PDB Indonesia hanya 38,7 artinya ekonomi kita tidak sedang baik baik saja. Jantung kedua ekonomi kita adalah pemerintah sendiri yang menyedot dana dari masyarakat dalam bentuk pajak, dikeluarkan melalui proyek, tapi kemampuan menyedotnya ini lemah dan tidak dianggap masalah,” terang Faisal Basri.
Bahkan jika dilihat berdasarkan data-data faktual, kontras dengan pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengatakan jika perekonomian akan meroket. Sedang menurut Faisal Basri pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap bertengger di atas 5 %.
Ekonom Faisal juga sempat menyinggung soal investasi di Indonesia yang terus mengalir, namun hasilnya kecil dan menyebabkan ekonomi yang tidak stabil. Nilai rupiah yang terus melemah berbanding terbalik dengan banyaknya ekspor yang telah dilakukan.
“Investasi besar tapi hasilnya kecil. Bahkan ekonomi kita ini tidak stabil. Rupiah melemah terus, padahal kalau dilihat ekspornya naik,” ulasnya.
Sementara itu, Winata Wira yang merupakan Senior ISMEI mengaitkan masuknya investasi di Kawasan Rempang Eco City. Kehadiran investor seyogyanya dapat memberi pengaruh positif dan signifikan terhadap perputaran perekonomian masyarakat, dan bukan sebaliknya membawa konflik yang rumit.
Terakhir, kedua narasumber mengapresiasi inisiasi ISMEI mengkaji masalah krusial terkait situasi perekonomian saat ini. Kesadaran kolektif perlu ada di antara semua anggota ISMEI mengawal gagasan para calon pemimpin bangsa yang tampil dalam konstelasi politik dalam pesta pemilu mendatang.