Wartacakrawala.com – Menjelang Pemilu 2024, kini menjadi sebuah tantangan besar yang dihadapi negara kita, DPC GMPK ( Dewan Perwakilan Cabang Gerakan Mahasiswa Pelajar Kebangsaan) menggelar diskusi yang bertema Kediri Rembuk- Regenerasi Cita-Cita Demokrasi Pemuda Menuju Pemilu 2024.
Diskusi ini menghadirkan 2 pemateri, yaitu Ketua DPC GMPK Kediri , Dicky Aris Setiawan dan Pemateri Kedua yaitu Erik Cahya sebagai Pemerhati Demokrasi Pemuda Jawa Timur.
Demokrasi Pemuda saat ini mengalami banyak tantangan yaitu derasnya arus disrupsi yang membawa kepada merebaknya inovasi-inovasi akan kemajuan teknologi yang sangat signifikan.
Generasi muda selalu identik dengan pelopor munculnya segala inovasi akan teknologi yang dengan kecakapannya mampu mentransformasikan suatu zaman.
Ketua DPC GMPK kediri yaitu Dicky Aris Setiawan, mengatakan Pemuda saat ini memiliki Julukan sebagai agent of change menjadi suatu hal yang nyata dan melekat dalam diri generasi muda. Generasi muda menjadi generasi yang adaptif akan perkembangan akan modernitas zaman yang semakin pesat di tengah arus disrupsi.
“Tentunya dalam hal ini generasi muda menjadi sebuah agen yang memilki peran yang begitu krusial dalam penentuan nasib bangsa dan negara di tengah arus disrupsi tersebut,” paparnya.
Hal ini menjadi penentu apakah negara yang saat ini berada di bawah kendali generasi-generasi yang telah lampau masih tetap mampu untuk eksis dalam menghadapi tantangan tersebut. Dengan ini maka generasi muda perannya sangat dibutuhkan untuk menjawab tantangan tersebut.
“Maka dengan ini peran generasi muda dapat mampu lebih proaktif dalam menentukan ke mana arah negara ini akan dibawa dalam menghadapi arus disrupsi ini,” lanjutnya.
Arah Pemilu 2024 membutuhkan Demokrasi yang mana Generasi Pemuda ikut andil didalamnya. Selain itu Peran generasi muda dalam menciptakan sebuah sistem yang baik dan ideal.
Langkah yang harus ditempuh selanjutnya ialah dengan mendelegasikan diri untuk berkiprah dalam sebuah sistem yakni dengan hadir sebagai representasi yang membawa kepentingan anak muda yang lebih terbaharukan di parlemen.
“Tentunya hal ini tidak serta merta menjadi mudah karena kita dapat memahami bahwa tidak semua anak muda akan berani berkiprah di parlemen,” katanya.
Erik cahya sebagi Pemateri Kedua berpendapat, Ada banyak faktor-faktor lain yang bisa saja menjadi penghambat jalan anak muda untuk duduk di kursi parlemen.
“Tentunya hal itu tidak semestinya menjadi hal yang dibiarkan saja, tetapi juga harus diakomodasi dengan baik,” jelasnya.
Pihak-pihak yang terlibat dalam hal ini ialah semua aktor yang berperan baik itu anak mudanya itu sendiri, partai politik, dan juga pemangku sistem kebijakan.
“Yang dapat memberikan akses dan ruang bagi generasi muda dalam berpartisipasi politik khususnya dalam menghadapi pemilu 2024 yang akan segera dilaksanakan pada tanggal 14 Februari tahun 2024,” tutupnya.