Wartacakrawala.com – Desa Ngadisari adalah desa yang terletak pada zona dataran tinggi yang berkisar 1950 meter dari permukaan air laut (Mdpl). Rata-rata suhu harian di Desa Ngadisari adalah 10 – 20 derajat celcius.
Desa Ngadisari yang berada di sekitar kawasan wisata Gunung Bromo ini termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
Letak Desa Ngadisari adalah 15 kilometer atau 0,5 jam dari Kecamatan Sukapura dan 40 kilometer atau 1,5 jam dari Kabupaten Probolinggo.
Secara keseluruhan luas wilayah Desa Ngadisari adalah 778, 300 Ha yang terdiri dari luas permukiman 35,737 ha, lingkungan sekolah 1 ha, jalur hijau 2 ha, makam 0,5 ha, pertokoan dan perdagangan 0,300 ha, perkantoran 0,300 ha, pasar 88 tradisional desa 0,663 ha, tegalan 456 ha, tempat wisata 279,3 ha, tanah bengkok 1 ha dan lain-lain 1,5 ha.
Dari luas wilayah 778,300 Ha, Desa Ngadisari terbagi menjadi 3 (tiga) Dusun yakni Dusun Wanasari, Dusun Ngadisari dan Dusun Cemara Lawang.
Desa Ngadisari sangat mendukung untuk kegiatan pertanian sehingga mayoritas penduduk di desa ini memiliki mata pencaharian sebagai petani. Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani di Desa Ngadisari sebanyak 916 penduduk.
Baca juga: Segera Rampung, Alun-Alun Trunojoyo Bakal Diresmikan Saat HUT Kabupaten Sampang
Besarnya jumlah penduduk bermata pencaharian petani menjadikan kegiatan bertani sebagai rutinitas dan tanggungjawab anggota keluarga mulai dari suami, istri hingga anaknya atas tanah pertanian milik keluarga terdahulu.
Dalam kegiatan bertani atau bercocok tanam, jenis tumbuh-tumbuhan yang cocok ditanam di daerah ini adalah salah satunya Lombok Terong dan Terong Belanda.
Lombok Terong dan Terong Belanda merupakan komoditas yang masih sangat jarang sekali dimanfaatkan dengan baik, entah itu diolah menjadi produk yang bernilai jual maupun hanya sekedar hanya untuk dikonsumsi. Padahal banyak sekali manfaat yang terkandung didalam kedua jenis komoditas tersebut.
Keterbatasan warga Desa Ngadisari dalam hal mengolah berbagai macam komoditas yang ada menjadi salah satu alasan dari hasil tanam Lombok Terong dan Terong Belanda yang terbuang sia-sia. Kedua komoditas tersebut dapat dijadikan menjadi olahan saos, selai dan sirup.
Maka dari itu, mahasiswa PMM Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bekerja sama dengan Universitas Negeri Jember mengadakan pelatihan pengolahan produk etnobotani tengger Lombok terong dan terong belanda.
Dalam pelatihan ini akan ada sesi peningkatan wawasan terkait manfaat, bagaimana cara mengolah, dan prospek kedepannya terkait Lombok terong dan terong belanda, serta uji coba pengolahan dua komoditas tersebut menjadi produk yang bernilai jual seperti saos, selai, dan sirup. Pelatihan ini dihadiri oleh Perangkat Desa dan Ibu-Ibu PKK Desa Ngadisari.