Marginal Art Community Ingatkan Bahaya Styrofoam Melalui Perform Art

Shofy Maulidya Fatihah
Perform art yang digelar MAC
Perform art yang digelar MAC

Wartacakrawala.com – Styrofoam merupakan jenis wadah yang tidak dapat di daur ulang. Membutuhkan waktu lama guna mengurai styrofoam di tanah. Setiap tahunnya dunia ini akan semakin tua dan semakin mendekati kehabisan sumber dayanya. Entah itu karena alamnya yang dikeruk, dikuras, dan ditelanjangi atau bahkan bisa jadi karena semakin banyaknya barang-barang dan sampah-sampah yang menggunung menutupi gunung ataupun yang mengisi dan mengganti biota dan ikan pada laut berubah menjadi sampah.

Marjinal Art Community (MAC) menggelar perform art guna mengingatkan masyarakat kota Malang akan bahaya styrofoam. MAC merupakan sebuah wadah bagi para penggiat seni di kota malang yang bergiat dan berkutat pada prinsip kesenian untuk semuanya. Pendiri MAC, pak Dandung menjelaskan jika tak hanya berfokus tentang seni tapi juga tentang gerak kesenian untuk kehidupan, bergerak bersama untuk kehidupan yang lebih baik melalui kesenian.

Dalam acara plastik #3 ini MAC ingin menitikberatkan agenda mereka pada kesadaran terhadap penggunaan styrofoam dalam kehidupan keseharian manusia.

Baca juga: Balai Bahasa Sosialisasi UKBI bagi Pemangku Kepentingan Seluruh Jatim

“Pada agenda sebelumnya pun, Marginal Art Community selalu concern terhadap isu lingkungan, kami konsisten untuk selalu menggelitik orang-orang yang datang ke acara, entah itu pemerannya ataupun kegiatan kesenian lainnya. Kami menggugah perhatian dengan isu-isu mengenai bagaimana sampah bisa digunakan sebagai medium untuk berkarya dan bergerak,” terang Dandung.

Tema acara ini ‘Ada apa dengan styrofoam’ sebagai bentuk propaganda lain yang ingin dibawa dalam acara plastik#3 guna mengeja ulang tentang salah satu limbah sampah styrofoam yang banyak sekali digunakan dalam kehidupan keseharian manusia.

“Bahkan, bahkan tanpa kita sadar telah menjadi salah satu limbah sampah terbesar yang mencemari alam bumi, coba saja bayangkan sekarang kemungkinan penumpukan sampah dan limbah styrofoam akan lebih banyak lagi yang sedang beredar di lautan indonesia,” lanjutnya.

Sementara itu, Gimbu, kepala desa MAC merasa miris dengan banyaknya penggunaan styrofoam. MAC menjadikan styrofoam sebagai acuan untuk berkarya dan bergerak.

Baca juga: Izin Kuliah Tatap Muka, Pemkot Malang Tunggu Instruksi Kemendikbud-Ristek

“Harus dipahami bahwa kandungan berbahaya dalam styrofoam itu sendiri yang bisa meracuni manusia jika masuk dan dikonsumsi, sedangkan kita tahu kebanyakan limbah styrofoam awalnya digunakan sebagai bungkus makan, dan ini sungguh perlu perhatian khusus tak hanya bagi pemerhati lingkungan, tetapi semua kalangan Masyarakat,” ungkap Gimbu.

Pegiat seni dan budaya yang tergabung dalam Margina Art Community bersepakat untuk mulai mempertimbangkan ulang penggunaan limbah styrofoam hanya untuk kebutuhan-kebutuhan domestik. Ada keresahan-keresahan yang muncul dan menggeliat untuk tidak hanya diam, maka Marginal Art Community bersepakat untuk , tidak ingin muluk-muluk mengingatkan, tapi lebih untuk membuat orang-orang yang datang lebih aware dan berpikir ulang tentang salah satu limbah sampah ini.

Dalam pameran ini pun, MAC lebih menitikberatkan pada karya bukan pada medium styrofoam, tetapi lebih kepada semangat untuk lebih aware dan sadar akan bahaya dan akibat pada pemakaian styrofoam.

“Entah sadar ataupun tidak akhirnya kita pun dibawa kembali untuk merefleksikan lagi sampai sejauh mana kita, sebagai manusia yang diberi akal untuk lebih bijaksana dan sadar tentang penggunaan styrofoam dalam kehidupan sehari-hari,” imbuh Gimbu sapaan panggungnya.

Baca juga: PLN Luncurkan Layanan Internet Terjangkau

Ketua Dewan Kesenian Malang, yaitu Bobi menerangkan jika Kegiatan dari MAC kurang banyak dan kurang brutal.

“Kegiatan seperti ini harusnya gak cuma di kantor kesenian saja, tapi di seluruh kota Malang. Kebudayaan di Kota Malang bukan hanya yg adiluhung saja. Agar masyarakat tahu, agar pejabat tidak menganggap kebudayaan yang tradisional saja. Hal ini perlu suarakan di luar,” terangnya.

Acara perform Art ini tidak hanya diisi oleh pegiat seni dan budaya di kota Malang saja, tetapi juga hadir dari luar daerah, seperti Yogyakarta. Penampilan yang disajikan pun beragam dari hari jumat (4/6) hingga minggu (6/6). Hari pertama akan disi penampilan dari perform art kebudayaan tradisional, hari kedua dihiasi penampilan teater, sementara hari terakhir itu perform full musik. Acara ini bersifat swadaya dari pegiat seni di Kota Malang, tanpa bantuan pendanaan dari pihak manapun.

Menjadi penting mengapresiasi kepedulian MAC pada lingkungan. Sebab dengan krisis lingkungan yang tidak terbendung dampak jangka panjangnya adalah pada anak cucu kelak. Pendiri MAC, mas Dandung pun berharap agar kegiatan baik ini kita bisa lebih mencintai diri dan bumi kita, dengan lebih sadar terhadap apa yang sedang kita lakukan lagi bagi bumi tercinta kita. (*)

Pewarta: Muhammad Afnani Alifian, Penggerak Taman Baca Gerilya Literasi yang terpaksa tutup akibat pandemi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post
Venue Kegiatan Diseminasi Pembinaan Kemahiran Berbahasa Indonesia bagi Pemangku Kepentingan Jawa Timur

Balai Bahasa Sosialisasi UKBI bagi Pemangku Kepentingan Seluruh Jatim

Next Post
Foto Suasana pelaksanaan MUSKERCAB Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa DPC PKB Kota Malang, Dari kiri KH. Mansur (Ketua Dewan syuroh DPC PKB), Tengah KH Chamzawi (Rois Syuriah NU Kota Malang), H. Fatchullah, SH (Ketua DPC PKB Kota Malang)

Rapatkan Barisan, Laksanakan Muskercab “PKB Kota Malang Siap Sambut Iklim Pemilu 2024”

Related Posts