Media Sosial Perubahan Besar Abad 21

Avatar
Gambar : Moh. Badrul Bari, Akademisi dan Praktisi media

Wartacakrawala.com – Era revolusi industri 4.0, merupakan istilah yang akrab dalam perbincangan sehari-hari. Istilah yang digunakan untuk menggambarkan kemajuan peradaban umat manusia ini dapat dengan mudah kita dengar, ucapkan atau bahkan kita rasakan. Kecanggihan teknologi yang terus berkembang sejak Revolusi Industri I di Prancis dengan ditemukannya mesin uap, dilanjutkan penemuan sumber energi baru yaitu energi listrik. Penemuan tersebut menjadi penanda dimulainya Revolusi Industri II bagi kemajuan peradaban manusia. Tak berhenti disitu, penemuan manusia terus berkembang hingga ditemukannya alat-alat canggih yang menandai dimulainya Revolusi Industri ke III yaitu komputer. Perkembangan dan kemajuan peradaban akan terus berkembang, sebuah konsep yang sangat luar biasa berkenaan dengan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) oleh manusia mulai diterapkan pada alat-alat sederhana yang biasa digunakan dalam keseharian yaitu adanya Smartphone.

Pada era Revolusi industri 4.0 yang menghadirkan komputer super canggih, Artificial Intelligence, Cyber System. Hal ini menuntut setiap individu untuk menguasai beberapa kompetensi mendasar misalnya saja Critical Thinking And Problem Solving Skill (kemampuan berpikir kritis dan kemampuan menyelesaikan masalah), Communication And Collaborative Skill (kemampuan untuk mengkomunikasikan Sesuatu atau gagasan), Creativity And Innovative Skill (tindakan kreatif serta inovatif dalam segala tantangan). Pada era mendatang kemampuan atau keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap individu akan lebih kompleks dari era sebelumnya. Berdasarkan laporan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/ WEF) keterampilan di masa depan yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan akan mencapai 42% perubahan. Adapun keterampilan yang wajib dikuasai oleh manusia berdasar fórum tersebut yaitu : 1. Daya pikir analitis dan inovatif 2. Pembelajar yang aktif dan strategis 3. Kreativitas, orisinalitas, dan inisiatif 4. Kemampuan programming dan teknologi desain 5. Kemampuan analitis dan daya pikir kritis 6. Kemampuan memecahkan masalah yang sulit 7. Kepemimpinan dan kemampuan memberikan pengaruh sosialnya 8. Kecerdasan emosional 9. Logika penyelesaian masalah, reasoning, dan penuh ide 10. Kemampuan analisis sistem dan evaluatif.

Baca juga : Upaya Penguatan Pendidikan Karakter

Menurut data pertumbuhan ekonomi indonesia lebih dari setengah populasi di Indonesia atau 56,2% telah menggunakan ponsel pintar pada 2018. Setahun setelahnya, sebanyak 63,3% masyarakat menggunakan ponsel pintar. Hingga 2025, setidaknya 89,2% masyarakat di Indonesia telah memanfaatkan ponsel pintar. Dalam kurun 2019, pertambahan ponsel pintar di tanah air 25,9%. Data tersebut menunjukan bahwa manusia indonesia sangat cepat beradaptasi dengan keadaan ini. Saat ini semua pengguna gawai terhubung secara maya dengan mudah, dalam dunia teknologi kita mengenalnya dengan istilah Internet of Things atau yang biasa disingkat IoT. Sistem tersebut merupakan jaringan penghubung antar perangkat sehingga dapat terintegrasi. Hasil dari integrasi perangkat tersebut menghasilkan data yang dapat diidentifikasi kemudian dari identifikasi data dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan manusia. Pemanfaatan kemajuan teknologi saat ini dapat mempermudah dan mempersingkat proses pertukaran informasi, meningkatkan efisiensi dan efektivitas pekerjaan, memungkinkan pembelajaran online dapat berkomunikasi dengan orang lain walaupun tidak berada di lokasi yang sama.

Semetara itu Menurut data dari Webershandwick, perusahaan public relations dan pemberi layanan jasa komunikasi, untuk wilayah Indonesia terdapat kurang lebih 65 juta pengguna Facebook aktif. Sementara pengguna Twitter, berjumlah 19,5 juta pengguna di Indonesia dari total 500 juta pengguna global.Selain Twitter,  jejaring sosial lain yang dikenal di Indonesia adalah  Path dengan jumlah pengguna 700.000 di Indonesia.  Sebesar 10 juta pengguna line, Google+ 3,4 juta pengguna dan Linked 1 juta pengguna.

Senada dengan data tersebut berdasar atas laporan terbaru WE Are Social (detik.com), pada tahun 2020 disebutkan bahwa terdapat 175,4 juta pengguna internet di Indonesia. Dibandingkan tahun sebelumnya, terdapat kenaikan 17% atau 25 juta pengguna internet di indonesia. Berdasarkan populasi rakyat indonesia yang mencapai 272,1 juta jiwa, maka itu artinya 64% setengah penduduk negeri ini telah merasakan akses dunia maya. Persentase pengguna internet berusia 16 hingga 64 tahun yang memiliki masing-masing jenis perangkat, di antaranya Smart Phone (94%), non-smartphone phone (21%), laptop atau komputer desktop (66%), table (23%), konsol game (16%), hingga virtual reality device (5,1%). Dalam laporan ini juga diketahui bahwa saat ini masyarakat Indonesia yang telah mengaktifkan nomor ponsel sebanyak 338,2 juta. Begitu juga data yang tak kalah fantastis, terdapat 160 juta pengguna aktif media sosial (medsos). Data tersebut terus meningkat dibandingkan dengan 2019, maka pada tahun 2020 We Are Social mengungkap  peningkatan 10 juta orang Indonesia yang aktif di medsos.

Banyak sekali perubahan besar yang terjadi pada abad ini dengan memanfaatkan teknologi tak terkecuali dalam bidang politik dan pemerintahan. Hal ini dapat kita ketahui dari pemanfaatan media sosial sebagai sumber informasi publik hingga penggiringan opini. Dunia telah mencatat pemanfaatan media sosial seperti Twitter, Facebook hingga YouTube untuk skala yang lebih besar sebagai wadah menggalang massa untuk perlawanan politik terjadi pada 2010. Kami kutip dari tirto.id Rakyat  Tunisia tergerak saat ada aksi bunuh diri dengan cara membakar diri seorang pemuda penjual sayur yang barang dagangannya dijarah aparat polisi. Rakyat yang pro perubahan memanfaatkan media sosial berupa Facebook dan Twitter untuk menggalang kekuatan melawan rezim Presiden Zine El Abidine Ben Ali, yang berbuah “Revolusi Tunisia”. Ini persis yang terjadi di Mesir sesudahnya, ribuan orang memenuhi alun-alun Tahrir, Kairo, Mesir untuk menurunkan Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa sejak lama.

Salah satu pemicu revolusi mesir saat itu karena sebuah laman di Facebook yang bernama “Simple, Anonymous”. Laman Facebook yang dibuat oleh seorang aktivis sekaligus pekerja Google bernama Wael Ghonmin. Ghonmin memberikan keterangan pada laman Facebook yang berbunyi “Kami semua adalah Khaled Said”. Khaled Said, merupakan seseorang yang senasib dengan Mohamed Bouazizi, pemuda yang membakar diri dan memicu revolusi di Tunisia. Sedangkan Khaled Said merupakan seorang pemuda yang disiksa hingga tewas  yang dilakukano polisi Mesir. Kematian Khaled Said menjadi salah satu pemantik kemarahan masyarakat yang sudah muak dengan pemerintahan rezim Hosni Mubarak.

Peran media sosial dalam menggerakkan massa tak hanya terjadi pada rentetan peristiwa Arab Spring. Hal serupa juga terjadi di Hong Kong, aksi protes dengan memanfaatkan media sosial terjadi pada 2014. Ketika itu, rakyat Hong Kong marah atas dihapuskannya pemilihan pemimpin Pemerintahan Hong Kong secara langsung. Rakyat Hong Kong, yang dipelopori para pemuda, memanfaatkan media sosial untuk menggalang kekuatan massa. Aksi massa mendapat balasan yang cukup keras dari aparat dengan menyemprotkan air menembakkan gas air mata, hinga bubuk merica. Para demonstran membekali diri dengan payung sebagai alat perlindungan. Payung yang dibawa tersebut, kemudian menjadi simbol perlawanan dari gerakan ini. (tirto.id)

Sementara itu di amerika serikat, akun media sosial donald trump di block lantaran diduga mengandung provokasi sehingga terjadinya huru-hara di AS Capitol. Dikutip dari laman kompas.com Sejak kerusuhan di gedung parlemen AS Capitol, Washington DC, 6 Januari 2021 lalu, beberapa media sosial membatasi akun Trump karena ada konten unggahannya dinilai berpotensi memantik kekerasan, dan karena itu melanggar ketentuan. Langkah awal dimulai oleh Twitter yang mengunci akun Trump selama 12 jam setelah meminta Trump menghapus tiga tweet yang dinilai menghasut kerusuhan di Capitol. Facebook menyusul melakukan bloking pada akun Trump di jejaringnya, berikut Instagram, selama 24 jam. Facebook dan Twitter kini telah melakukan blocking pada akun Donald Trump secara permanen. Tidak lama berselang, beberapa laman media sosial dan layanan lain juga melakukan langkah yang sama Reddit, Twitch, dan Google, YouTube, Snapchat, TikTok, Apple, Discord, Pinterest, Amazon Web Service, hingga Stripe adalah deretan media sosial dan layanan yang memblokir akun Trump dan yang berafiliasi dengan akun trump.

Otoritas Myanmar menutup akses internet guna mengendalikan aksi protes yang dilakukan oleh para aktivis dan rakyat. Gerakan ini bergerak secara masif untuk menolak aksi militer yang melakukan kudeta terhadap pemimpin sipil mereka. Aksi militer Myanmar juga memburu para pemilik akun medsos yang menggalang gerakan anti kudeta Aung San Suu Kyi. Hal serupa juga terjadi di Uganda, otoritas setempat meminta penyedia jasa layanan media social untuk memblokir semua akun yang menguntungkan Bobi Wine. Bobi Wine merupakan tokoh muda karismatik yang merupakan penantang Yoweri Musoweni sebagai presiden petahana yang akan bertarung pada pemilu Uganda.

Sementara itu gerakan yang tatkala masif juga terjadi di negeri ini. Gerakan media sosial berubah menjadi aksi protes di jalan yang dimotori oleh para aktivis dan mahasiswa seperti aksi Kejayan Memanggil, Reformasi dikorupsi dan aksi tolak RUU KUHP yang kesemuanya terjadi selama 2019-2020. Sebelumnya juga terjadi aksi yang cukup masif, gerakan 212, gerakan ini juga bermula dari gerakan di dunia maya yang memprotes atas pernyataan ahok (Gubernur DKI Jakarta) dinilai menyinggung umat islam kala itu.

Dari deretan peristiwa yang terjadi sejak 2010 hingga saat ini semakin mempertegas, peran media sosial sebagai wahana perubahan. Banyaknya pengguna Smartphone yang semakin hari semakin bertambah jumlahnya diiringi pula dengan pertambahan pengguna media sosial, membuat tak ada satu perubahan sosial yang terjadi tanpa melibatkan media sosial. Konten politik dapat dengan cepat diviralkan sehingga dapat mengubah persepsi publik untuk selanjutnya publik dapat membuat opininya masing-masing. Sebaliknya jika akun medsos dianggap sebagai sebuah ancaman bagi stabilitas dan keamanan suatu wilayah atau Negara, akun tersebut dapat di blokir. Pada akhirnya kendali penggiringan opini masyarakat harus senada dan seirama dengan mayoritas pengguna. jika melenceng atau bahkan menjadi motor penggerak hingga menciptakan opini baru maka aku tersebut sudah bisa dipastikan akan di blokir. Satu hal yang perlu digaris bawahi yaitu kendali opini dikendalikan oleh siapa yang menguasai narasi jagat maya.  

*)Penulis : Moh. Badrul Bari (mohbadrulbari@gmail.com)
*)Artikel ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis.

Total
0
Shares
0 Share
0 Tweet
0 Pin it
0 Share
0 Share
0 Share
0 Share
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post
Webinar moderasi beragama yang dilaksanakan oleh mahasiswa Uin Walisongo

Mahasiswa KKN UIN Walisongo Gelar Webinar Moderasi Beragama

Next Post
Gerakan lingkungan bersih yang dilakukan oleh mahasiswa Uin Walisongo

Mahasiswa KKN UIN Walisongo Buat Gerakan Jumat Bersih

Related Posts
Total
0
Share