Wartacakrawala.com – Mahasiswa KKN Reguler Dari Rumah (RDR) UIN Walisongo Semarang Kelompok 18 telah mengadakan kegiatan pendampingan UMKM dan pelatihan desain sederhana sebagai strategi promosi era digital di UMKM legendaris di Pemalang yaitu Khamir Cap Mawar Ibu Chamidah, Senin (01/11).
Kegiatan ini diadakan dalam rangka meningkatkan daya UMKM di lokasi pengabdian yaitu Kabupaten Pemalang dan dilaksanakan secara langsung di toko Khamir Cap Mawar Ibu Chamidah yang terletak di Jl. Semeru GG. Masjid Noor, Kebondalem, Mulyoharjo, Kabupaten Pemalang.
Berlangsung selama 3 jam dan terbagi dal tiga sesi, pelatihan dimulai Pukul 09.00-12.00 dengan melibatkan Fahad Alkatiry selaku pelaku usaha, karyawan, dan mahasiswa KKN RDR UIN Walisongo Semarang Kelompok 18.
Sesi pertama yaitu pendampingan. Dalam sesi ini mahasiswa dapat melihat secara langsung proses pembuatan khamir.
Baca juga: Lakukan KKL, Mahasiswa UM Berikan Sumbangsih pada Pendidikan
Didapatkan informasi bahwasannya kekhasan khamir Ibu Chamidah terletak pada konsistensi dalam mempertahankan resep turun temurun mereka, mulai dari penggunaan tapai berkualitas sebagai ragi kue yang bagus, penggunaan bahan baku berkualitas tinggi, hingga cara pembuatannya yang tradisional tanpa menggunakan alat bantu canggih bahkan kompor yang digunakannya pun kini telah berumur kurang lebih 13 tahun.
Sesi kedua pelatihan, dalam sesi ini mahasiswa memberikan pelatihan kepada karyawan tentang penggunaan aplikasi Canva untuk membuat desain promosi pemasaran yang menarik.
Lulu sebagai pelatih desain, memperkenalkan beragam fitur yang disediakan dalam aplikasi beserta fungsinya. Kemudian dia menjelaskan cara membuat desain promosi pemasaran dengan beranekaragam pilihan bentuk dan ukuran mulai dari bentuk YouTube, kiriman Instagram, Insta Story, hingga poster.
Namun utamanya disini dia menjelaskan dalam bentuk kiriman Instagram, karena melihat banyaknya pengguna Instagram yang memiliki daya tarik beli cukup tinggi. Namun, fakta baru didapat bahwasanya UMKM ini hanya menggunakan strategi word of mouth atau pemasaran dari mulut ke mulut.
Sebelumnya mereka memang pernah memiliki akun Instagram sebagai media promosi, tetapi setelah karyawan selaku admin Instagramnya resign, akhirnya tidak lagi menggunakan media Instagram.
Baca juga: Said Aqil Tempati Posisi ke-19 sebagai Tokoh Berpengaruh di Dunia
Hal ini yang membuat mahasiswa tertarik pula untuk menjelaskan cara menggunakan Instagram beserta pengelolaannya yang baik dalam perannya sebagai media promosi. Karena di era digital seperti sekarang ini, penguasaha diharuskan melek teknologi dan informasi sehingga tidak terjadi ketertinggalan dalam usaha utamanya pada pemasaran.
Sesi ketiga adalah wawancara. Dalam sesi ini mahasiswa melakukan wawancara kepada salah seorang anggota keluarga yang ikut serta menjalankan usaha Khamir Ibu Chamidah, Fahad Alkatiry atau akrab disapa Pak A’at.
Mahasiswa KKN RDR UIN Walisongo Semarang Kelompok 18 menanyakan terkait perkembangan dari UMKM khamir ini. A’at pun menjelaskan bahwa usaha khamir ini didirikan pada tahun 1983 oleh seseorang keturunan Arab bernama Ibu Aisyah dengan modal awal sebesar Rp 50.000,-.
Pada mulanya pemilik melakukan pemasaran dengan cara menitipkan kamirnya ke warung-warung sekitar dengan jumlah kue yang tidak banyak dan dengan sistem tiap pagi diantar kemudian sorenya diambil.
Baca juga: Sukses Gelar Kongres, FBSSI Usung Konsep Digitalisasi
Keadaan tersebut tidak berlangsung singkat, bahkan hingga kekurangan modal karena setiap harinya khamir sisa dari warung-warung hanya dibagikan ke tetangga secara gratis sehingga mengalami kerugian, tetapi hal tersebut tidak mematahkan semangat pemilik bahkan justru menumbuhkan rasa percaya diri bahwa hasil jerih usahanya akan berbuah manis.
Terbukti dengan ketekunan yang dijalaninya khamir ini mulai dikenal masyarakat dan akhirnya lembaga pemerintah pun mengajak khamir Ibu Chamidah untuk bergabung dalam UMKM Pemalang dan diberi arahan untuk mengurus dokumen-dokumen perijinan sehingga usahanya semakin bisa berkembang terutama dalam hal pemesaran.
Saat ini Khamir Cap Mawar Ibu Chamidah telah turun temurun sampai pada Bu Tuffaah sebagai generasi keempatnya dan kini telah mendunia. Setiap harinya banyak pembeli yang berdatangan membelinya untuk keluarga ataupun oleh-oleh bagi warga dari luar kota.
Tak sedikit dari pembeli itu membawanya hingga keluar pulau Jawa mulai dari Medan, Palembang, Sulawesi, Papua, dan bahkan sampai keluar negeri. Dan pemasarannya pun pernah dipromosikan hingga ke Malaysia, Singapura, dan Jepang.
Baca juga: Siswa Perlu Memahami Pendidikan Kesehatan Reproduksi, Ini Penjelasannya
Untuk memenuhi selera konsumen, saat ini Khamir Ibu Chamidah membuat dua jenis khamir yaitu khamir beras dan khamir terigu dengan beranekaragam ragam varian rasa seperti original, keju, coklat, stroberi, dan nanas.
Namun menurut A’at, pembuatan khamir terigu lebih banyak karena lebih tahan lama dengan ketahanan hingga tiga hari, sedangkan khamir beras hanya bertahan sehari, serta dengan varian rasa original hal ini untuk mempertahankan kekhasan dari kue khamir ini sendiri dan selebihnya dikembalikan lagi berdasarkan pesanan konsumen. Harga yang dipatokpun relatif murah yaitu Rp 2000,- untuk kedua jenis.
Adapun kekhasan dari khamir ini terletak pada pertahanan mereka dalam menggunakan tapai sebagai ragi dan bahan baku lainnya yang berkualitas tinggi.
Usaha Khamir Ibu Chamidah ini ternyata tidak hanya menjual khamir saja, tetapi mereka juga membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk membuka usaha sesuai ketrampilan masing-masing dengan cara memberikan kesempatan bagi mereka yang ingin menitipkan makanan hasil buatannya di toko mereka.
Baca juga: Karang Taruna Desa Jambu Sari Peringati Sumpah Pemuda, Menggandeng KKN UIN Walisongo
Kini banyak kaum millenial berdatangan menitipkan makanan ataupun cemilan kekinian di toko mereka mulai dari jamu, keripik, hingga pudding kekinian. Mereka memang tak hanya memajukan UMKM sendiri namun juga membangkitkan semangat masyarakat sekitar utamanya kaum millenial untuk berusaha membangun UMKM bersama-sama.
Keberhasilan dari UMKM khamir tak lepas dari dampak dari Pandemi Covid-19. Omset yang menurun drastis akibat adanya kebijakan PSBB dan PPKM.
“Tahun baru, Idul Fitri, dan Natal merupakan momen lebaran tersendiri bagi kami. Tahun 2019 kami banjir pesanan, bahkan bisa dikatakan kami tak mampu duduk. Namun akibat pandemi Covid-19, dua tahun lalu belakangan ini pesanan kami menurun terutama pada saat diberlakukannya kebijakan PPKM kemarin,” tutur A’at.
Seiring dengan penurunan kasus Covid-19 kondisi tersebut kini sudah semakin membaik, tetapi kini justru mendapat kendala baru dalam menjalankan usaha khamir ini.
Baca juga: Kelompok 41 KKN UIN Walisongo Bagikan Masker Gratis
“Kondisi kami sudah membaik, tetapi yang namanya usaha tetap saja ada permasalahannya, utamanya bagi kami adalah permasalahan bahan baku. Beberapa waktu lalu kami terkendala dengan air dan saat ini kami terkendala dengan harga minyak yang melonjak disertai dengan pembatasan pembeliannya”, tutur A’at kembali.
Namun apapun permasalahannya mereka mampu mengatasi dan tetap bertahan tanpa melakukan kebijakan PHK bagi karyawan.
Diakhir kegiatan, Bayu Sempana selaku koordinator kegiatan ini mengucapkan terimakasih serta memberikan beberapa kenang-kenangan sebagai bentuk apresiasi mahasiswa atas kesediaan pengusaha memberikan kesempatan untuk mengadakan kegiatan pendampingan serta pelatihan ini.
Selain itu dia juga memberikan sebuah akun Instagram beserta passwordnya yang diharapkan kedepannya dapat dikelola dengan baik dan dapat menjadi media promosi yang menarik banyak peminat.
Hal ini disambut baik oleh pengusaha, karena mereka mendapat pengetahuan baru dan berharap semoga kedepannya usaha mereka menjadi lebih baik dan lebih maju.
Tak lupa pula Pak A’at berpesan bahwa “dalam menjalankan usaha apapun itu, kita harus tetap mematuhi peraturan pemerintah. Karena semua itu akan kembali pada kebaikan usaha kita sendiri. Dan sebagai pelaku usaha kita harus jujur dan tetap bersemangat bagaimanapun keadaannya,” tutupnya.
Penulis: Irmala