Wartacakrawala.com – Pengajaran agama Islam menyangkut hubungan dengan agama lain itu masih problematik. Model beragama yang kurang toleran.
Dengan tema “Moderasi beragama mewarnai kebhinekaan atau menjegal?”.
Mahasiswa yang tergabung pada kelompok 75 Kuliah Kerja Nyata Mandiri Inisiatif Terprogram dari Rumah (KKN MIT DR) angkatan 11 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang mengadakan talkshow online moderasi beragama, Senin (8/02).
Acara yang terselenggara melalui Live Instagram @kknmitdr.75 tersebut menampilkan sosok intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus aktivis pada jaringan Gusdurian, Gus Aan sebagai pembicara.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Aan menjelaskan suatu agama akan berkembang bilamana terbuka terhadap kritik.
“Agama apapun bisa maju dalam peradaban jika tidak anti kritik. Yang anti kritik pasti terbelakang sedangkan yang menerima kritik akan mengalami perkembangan yang lebih maju,” ucapnya.
Baca juga: Langkah Jitu Kurangi Limbah Plastik dengan Ecobrick
Gus Aan juga mengingatkan kalau beragama itu juga harus taat pada nilai-nilai konstitusi yang berlaku di suatu negara dan tidak boleh menentang nilai konstitusi yang dianut oleh negara tersebut.
Beragama, lanjut Gus Aan, harus adaptif terhadap kehidupan masyarakat pada suatu negara. Sehingga mampu menjadikan kehidupan masyarakat tidak terganggu dan akan tercipta kedamaian dalam masyarakat.
“Beragama itu yang moderat. Beragama jangan meninggalkan konstitusi, jangan meninggalkan Pancasila. Islam selalu sesuai dengan jaman, ruang, dan waktu maka ia harus adaptif. Moderasi beragama adalah kritik atas beragama di Indonesia yang tidak Pancasilais,” terangnya.
Gus Aan juga menilai bahwa, “Pengajaran agama Islam menyangkut hubungannya dengan agama lain itu masih problematik. Model beragama yang kurang toleran,” paparnya.
Maka di penghujung acara, Gus Aan memberikan pesan khusus kepada masyarakat dalam kapasitas beliau sebagai aktivis jaringan Gusdurian yaitu selalu menampilkan sembilan nilai antara lain: Tauhid, Kemanusiaan, Keadilan, Kesetaraan, Pembebasan, Kesederhanaan, Persaudaraan, Keksatriaan dan Kearifan Tradisi. Dengan harapan tercipta masyarakat yang rukun dan damai. (*)