Wartacakrawala.com – Di tengah pandemi yang masih mewabah ini, pengajian yang biasanya dilaksanakan secara tatap muka, kini tim KKN kelompok 36 UIN Walisongo melaksanakannya secara online. “Ngaji Online” sebutan untuk acara tersebut. Ngaji online disiarkan langsung melalui kanal youtube tim KKN kelompok 36 yaitu “kknmit_kel36”.
Acara tersebut dilaksanakan pada 16 Februari 2021 mulai pukul 20.00 WIB hingga 21.00 WIB dengan mengusung tema “Implementasi Dakwah Walisongo terhadap Keagamaan dan Pendidikan.”
Tema dalam ngaji online tersebut dipilih karena dakwah Walisongo itu fleksibel, dengan menerapkan pendekatan budaya di masyarakat, sehingga masyarakat mudah menerima. Metode dakwah Walisongo tidak hanya diterapkan dalam penyampaian ilmu agama saja. Namun, dapat pula diterapkan dalam penyampaian ilmu lainnya.
Dalam dunia pendidikan, seorang guru dapat mencontoh metode dakwah walisongo melalui penyampaian yang sederhana namun dapat diterima dan lebih mudah dipahami oleh peserta didik.
Ngaji online diawali dengan pembacaan ayat suci Alquran oleh Rizki Kurnia Rohman mahasiswa UIN Walisongo. Kemudian dilanjut dengan sambutan dari koordinator kelompok 36 yaitu Muhamad Mabrur.
Dalam sambutannya, Mabrur menuturkan, “Pelaksanaan ngaji online kami pilih untuk mengurangi kerumunan jamaah yang hadir tetapi tetap bisa disaksikan oleh masyarakat luas,” paparnya.
Baca juga: Kreatif, Ini Dia Salah Cara Manfatkan Limbah Cangkang Telur
Acara inti ngaji online yaitu mauizah khasanah, yang disampaikan oleh KH. Ahsan Ma’ruf yang merupakan pimpinan ranting NU Cangkiran sekaligus kepala Madrasah Diniyah An-Nur. Isi dari mauizah khasanah beliau diantaranya yaitu tentang metode dakwah yang digunakan oleh Walisongo.
Ia menyampaikan, dakwah Walisongo itu ringan. Dalam penyampaiannya, para wali menggunakan budaya yang sebelumnya telah ada dalam masyarakat dengan dibumbui nilai-nilai keislaman. Salah satunya yaitu Sunan Kalijaga, yang menyampaikan dakwah dengan tembang-tembang Jawa dan tembang macapat. Dalam tembang macapat mengandung pesan kehidupan mulai dari manusia masih dalam kandungan sampai dengan meninggal dunia.
“Selain tembang macapat, Sunan Kalijaga juga menggunakan banyak tembang jawa yang cukup terkenal di masyarakat hingga saat ini. Salah satunya adalah tembang Sluku-Sluku Bathok yang merupakan gubahan beliau dari bahasa arab,” jelasnya.
Hal tersebut sebagai bukti, bahwa ajaran yang dibawa oleh para Wali masih melekat di masyarakat karena metode yang digunakan beliau dalam penyampaian dakwahnya.
Pada masa pandemi seperti saat ini, sistem pembelajaran di dunia pendidikan dilaksanakan secara online. Hal tersebut juga mengharuskan guru untuk merubah metode pembelajaran yang digunakan agar sesuai dengan sistem online dan mudah diterima oleh peserta didik.
Melalui kegiatan ngaji online yang dapat diikuti oleh masyarakat dengan cakupan yang lebih luas dibanding pengajian tatap muka seperti biasanya, diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi pendidik untuk memilih metode pembelajaran yang mudah dan tepat, seperti yang dicontohkan oleh Walisongo. (*)